Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2016

MATEMATIKA SEBAGAI BAHASA ILMU

Gambar
MATEMATIKA SEBAGAI BAHASA ILMU Riedesel, Schwartz, dan Clement (1996) mengatakan bahwa matematika dapat digunakan sebagai alat berpikir yang sangat efektif untuk memandang masalah-masalah yang muncul sehingga masalah-masalah tersebut akan dapat dihadapi dan diselesaikan. Matematika tidak hanya sebagai alat berfikir saja, tetapi matematika juga sebagai bahasa ilmu Bahasa matematika adalah bahasa simbol. Simbol tidak mempunyai makna apa-apa sebelum simbol tersebut diberi arti. Matematika merupakan bahasa artifisial yang bersifat eksak, cermat, dan terbebas dari rona emosi. Lambang-lambang dalam matematika bersifat “artificial” dan baru mempunyai arti jika sebuah makna diberikan kepadanya. Tanpa itu maka matematika hanya merupakan kumpulan rumus-rumus yang mati. Bahasa verbal mempunyai banyak kekurangan. Untuk mengurangi kekurangan tersebut, maka digunakan matematika, ini berarti bahwa matematika adalah bahasa yang berusaha untuk menghilangkan sifat kabur, majemuk, dan emo...

Logika Matematika Fuzzy

Logika Matematika Fuzzy Logika berasal dari kata Yunani kuno (logos) yang berarti hasil pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Logika adalah salah satu cabang filsafat. Sebagai ilmu, logika disebut dengan logike episteme (bahasa Latin: logica scientia) atau ilmu logika (ilmu pengetahuan) yang mempelajari kecakapan untuk berpikir secara lurus, tepat, dan teratur. Logika masuk ke dalam kategori matematika murni karena matematika adalah logika yang tersistematisasi. Matematika adalah pendekatan logika kepada metode ilmu ukur yang menggunakan tanda-tanda atau simbol-simbol matematik (logika simbolik). Logika tersistematisasi dikenalkan oleh Galenus (130-201 M) dan Sextus Empiricus (sekitar 200 M) yang mengembangkan logika dengan menerapkan metode geometri. Logika matematika adalah cabang logika dan matematika yang mengandung kajian matematis logika dan aplikasi pada bidang-bidang lain di luar matematika. Logika matematika berhubungan ...

SEJARAH PI (π)

SEJARAH PI ( π ) Simbol yang digunakan oleh para matematikawan untuk mewakilkan rasio keliling suatu lingkaran terhadap diameternya adalah huruf Yunani "π". Huruf tersebut dapat dituliskan sebagai pi menggunakan huruf latin. Huruf kecil π (atau π dalam fon sans-serif) berbeda dengan huruf besar π, yang mewakili perkalian barisan. π adalah bilangan irasional, yang berarti bahwa ia tidak dapat ditulis sebagai rasio dua bilangan bulat. Karena π irasional, maka ia memiliki digit bilangan desimal yang tak terhingga banyaknya. Nilai π dalam 20 tempat desimal adalah 3,14159265358979323846, karena π irasional berarti nilai π tidak dapat dinyatakan dalam pembagian bilangan bulat (biasanya pecahan 22/7 digunakan sebagai nilai pendekatan π. Namun sebenarnya tiada satupun pecahan yang dapat mewakili nilai eksak π). Oleh karena itu, representasi desimal π tidak akan pernah berakhir dan tidak akan pernah memiliki pola angka tertentu yang permanen. π adalah bilangan transendental...

Sejarah dan Perkembangan Bilangan

Sejarah dan Perkembangan Bilangan Dahulu kala, ketika orang primitif hidup di gua-gua dengan mengandalkan makanannya dari tanaman dan pepohonan di sekitar gua atau berburu untuk sekali makan, kehadiran bilangan, hitung-menghitung, atau matematika tidaklah selalu dibutuhkan. Tetapi, setelah mereka mulai hidup untuk persediaan makanan, mereka harus menghitung berapa banyak ternak miliknya dan milik tetangganya atau berapa banyak persediaan makanan saat ini, mulailah mereka membutuhkan dan menggunakan hitung menghitung. Manusia menggunakan kerikil, menggunakan simpul pada tali, menggunakan jari-jemari, atau memakai ranting untuk menyatakan banyak hewan dan kawanannya atau anggoata keluarga yang tinggal bersamanya. Inilah dasar pemahaman tentang konsep bilangan. Ketika seseorang berpikir tentang bilangan dua, maka dalam benaknya telah tertanam pengertian terdapat benda sebanyak dua buah. Misalnya, terdapat dua katak dan dua kepiting, dan selanjutnya kata "dua" dilamban...