STRUKTUR MATEMATIKA DALAM ILMU PENGETAHUAN MENURUT IKHWAN AL-SHAFA

STRUKTUR MATEMATIKA DALAM ILMU PENGETAHUAN
MENURUT IKHWAN AL-SHAFA
Ikhwan Al-shafa (persaudaraan suci) adalah nama sekelompok pemikir islam yang bergerak secara rahasia oleh sekte syiah isma’iliyah yang lahir pada abad ke 4H (10 M) di Basrah. Pelopor perhimpunan politik religius ini yang terkenal antara lain Ahmad ibn Abdullah, Abu sulaiman Muhammad ibn Nasr Albusti yang populer dengan Al-muqaddasi, Zaid ibn Rifa’ah, Abu Alhasan Ali ibn Harun Alzanjani dan rekan-rekannya. Orang-orang ini merupakan kelompok sarjana yang menyelenggarakan pertemuan dan menyusun risalah-risalah Ikhwan Al-Shafa. Jemaah Ikhwan Al-shafa terdiri dari empat kelompok yaitu : (1) Al-ikhwan Al Abrar A-Ruhama berusia dari 15-19 tahun (2) AL-ikhwan Al-akhyar Al-fudala (berusia dari 30-39 tahun (3) Al-ikhwan Al-fudala al-kiram berusia antara 40-49 tahun (4) dan kelompok yang berusia 50 tahun ke atas.
Nama mereka kian melambung melalui tulisan Rasa’il al-Ikhwan alShafa (risalah atau ensiklopedia). Sebagian kalangan menganggap, Rasa’il adalah karya keturunan Khalifah Ali bin Abi Thalib. Sebutan Ikhwan al-Shafa kemungkinan diambil dari cerita seekor merpati dalam kisah Kalilah wa Dimnah. Ini adalah kisah tentang sekelompok hewan yang berpura-pura menjadi sahabat dekat atau ikhwan al-shafa, satu sama lain berhasil menghindar dari perangkap pemburu. Kelompok ini menghimpun pemikiran dan doktrin filsafat dalam Rasa’il alIkhwan al-Shafa yang disusun seperti ikhtisar atau ensiklopedi tentang ilmu pengetahuan.
Ikhwan juga menaruh perhatian besar terhadap ilmu pengetahuan. Menurut mereka, ilmu pengetahuan dan upaya mencarinya, berada di urutan terdepan di antara berbagai kebajikan. Ini adalah kewajiban utama setelah pengakuan akan keberadaan Allah SWT dan Rasulullah SAW. Antusiasme terhadap ilmu pengetahuan, dipercaya dapat membawa pada kesempurnaan, karena pengetahuan, kebajikan, dan kebaikan, saling terkait satu sama lain. Mereka lantas menyusunnya dengan ringkas menjadi satu struktur tunggal. Maka itu, pada risalah-risalah yang Ikhwan al-Shafa tulis tercantum semua bidang kajian keilmuan. Mulai dari botani, genekologi, mineralogi, matematika, geografi, musik hukum, keagamaan, dan lainnya. Ikhwan al-Shafa mengelompokkan ilmu berdasarkan makna etikanya. Dan, dari semua itu, struktur penyatunya adalah syariat.
Rasa’il merupakan karya besar  Ikhwan al Shafa yang ditulis oleh para tokohnya. Terdapat ikhtisar di bagian akhirnya, dan konon dibuat al Majriti, yang wafat tahun 1008 Masehi. Ia dianggap salah satu dari anggota persaudaraan tersebut. Lewat sarjana ini pula pengaruh dan pemikiran Ikhwan dibawa ke Andalusia. Ada sebanyak 52 risalah dalam karya Ikhwan al-Shafa itu, terbagi dalam empat bagian. Pertama, terdiri dari 14 risalah matematis mengenai angka. Anggota persaudaraan ini menganggap angka sebagai media penting dalam mengkaji filsafat serta akar dari semua sains, sumber kebijaksanaan, kognisi, serta pembentuk makna. Bagian ini dibagi lagi menjadi sembilan kelompok yakni  pendahuluan, bahasan tentang geometri, astronomi, musik, geografi, proporsi harmonik, seni-seni teoritis dan praktis, dan etika. Sedangkan bagian kedua, berisi 17 risalah. Tema yang ditekankan adalah menyangkut aspek fisik-materiil. Hampir seluruh risalah pada bagian ini menyinggung karya Aristoteles. Kajian epistemologi, psikologi, dan linguistik yang tidak terdapat dalam korpus Aristotelian. Bagian ketiga terdapat sebanyak 10 risalah, bahasannya mengenai prinsip intelektual, hari kebangkitan, hakikat cinta dan lainnya. Ini semua mencakup gagasan psikologis rasional. Di bagian terakhir atau keempat terdapat 14 risalah yang memberi penjelasan bagaimana cara mendekatkan diri dengan Tuhan. Di samping itu, beberapa alineanya mengurai secara spesifik ajaran-ajaran Ikhwan, akidah dan pandangan hidup persaudaraan itu, serta tema-tema kerohanian.

                Ikhwan Al-shafa memegang keyakinan  pythagoren bahwa sifat dasar hal-hal yang diciptakan adalah sesuai dengan sifat dasar bilangan. Kemudian mereka juga mengikuti kaum Pythagorean dalam hal kepeduliannya yang besar pada angka-angka tertentu. Seperti pada perhatiannya pada angka 4, satu penghormatan yang melampaui bidang matematika murni, misalnya pada empat musim, empat angin, dan empat unsur empedoclean dll. Menurut Ikhwan al-shafa seseorang dapat belajar tentang keEsaan Tuhan dengan mengetahui hal-hal berkenaan dengan angka.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Biografi Tokoh Matematikawan Indonesia

MATEMATIKA SEBAGAI BAHASA ILMU

PRINSIP-PRINSIP DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN MATEMATIKA